Obat paten vs obat generik 💊💉

Obat paten vs obat generik 💊💉

September 28, 2013 8:55 am Artikel, Kajian Ilmiah Farmasi (KIFA)
Obat generik adalah obat yang diberi nama
sesuai dengan zat aktifnya, Seperti Parasetamol,
Asam mefenamat, Amoxicillin, dll.
Berbeda dengan obat paten yang yang nama
obatnya dibuat berbeda oleh pabrik yang
membuatnya dan telah dipatenkan, misal Pamol®,
Panadol®, Sanmol® (zat aktifnya Parasetamol);
Ponstan®, Mefinal®, Mefinter® ( zat aktifnya
Asam mefenamat); atau Amoxsan®, Amoxil® (zat
aktifnya Amoxicillin).

🌻 Apakah persamaan dan perbedaan
obat generik dan paten?
Pada dasarnya obat generik dan obat paten
memiliki zat aktif yang sama, misal antara
Parasetamol dan Sanmol® sama-sama berisi
parasetamol atau para-amino-fenol yaitu obat
yang digunakan untuk antipiretik (penurun panas)
dan anti inflamasi (anti peradangan). Perlu
diketahui bahwa, sebelum obat dipasarkan (baik
obat generik maupun paten) terlebih dahulu harus
dilakukan uji pra klinis (uji pada hewan) dan uji
klinis (uji pada manusia) terkait khasiat dan
toksisitas obat. Apabila ada obat baru yang akan
dipasarkan, selain dilakukan uji pra klinis dan
kilinis, juga dilakukan uji Bioavailabilitas dan
Bioekivalensi (uji BA/BE) terhadap obat yang
sama yang telah lebih dulu beredar. Sebagai
contoh, sebelum Amoxsan® (produksi PT. Sanbe
Farma) diluncurkan, terlebih dulu diuji tingkat
bioavailabilitas (efek ketersediaan hayati dalam
tubuh) dan tingkat bioekivalensi (memiliki
persamaan/ekivalensi dari segi kimia obat, misal
tingkat difusi, dll) dengan parasetamol yang lebih
dulu beredar. Maka, jika obat telah resmi beredar,
khasiat dan keamanannya telah teruji, termasuk
antara obat generik dan obat paten, bias
dikatakan bahwa keduanya memilki khasiat yang
sama.

Perbedaan antara obat generik dan obat paten
adalah dari segi biaya produksi serta promosi
obat. Obat generik merupakan program
pemerintah untuk meningkatkan daya beli
masyarakat terhadap obat, maka pemerintah
menunjuk beberapa pabrik untuk memproduksi
obat generic dengan memberikan subsidi biaya
produksi sehingga harganya lebih murah
dibanding obat paten (harga mencapai 1/10 nya).
Sedangkan produksi obat paten memerlukan
biaya yang lebih banyak dan sebagian besar
untuk keperluan non-produksi, misal mengurus
hak paten, promosi melalui iklan besar-besaran
dengan ikon artis ibukota yang menghabiskan
dana milyaran dan promosi melalui seminar atau
pelatihan para tenaga kesehatan. Berbeda dengan
obat generik yang promosinya tidak begitu gencar,
kalaupun promosi melalui iklan, hanya berupa
iklan layanan masyarakat. Perbedaan yang lain
ada pada bentuk kemasan, obat generic
dibungkus dengan kemasan yang lebih sederhana,
tidak seperti obat paten yang terkesan mewah.
Maka tidak heran ketika harga obat generik dan
paten sangat berbeda jauh.

🌻Memilih Obat generik atau paten?
Jangankan masyarakat awam, para tenaga
kesehatan sebagai ujung tombak pelayananan
kesehatan bagi masyarakat banyak yang
meragukan khasiat obat generik karena kurangnya
pemahaman dan minimnya informasi. Apoteker
selaku orang yang bertanggung jawab terhadap
obat yang diserahkan pada masyarakat juga
banyak yang meragukan khasiat obat generic. Hal
ini terbukti, apabila ada pasien datang ke apotek
untuk dipilihkan obat, sebagian besar apoteker
akan menyarankan obat paten dibanding generik,
entah karena untuk kepentingan bisnis atau
memang tidak meyakini khasiatnya. Bahkan
masih ada sebagian apoteker yang memberikan
informasi yang menyesatkan bahwa menggunakan
obat generic efeknya lebih lama dibandingkan
obat paten. Apabila apoteker memahami benar
bagaimana proses produksi dan uji coba yang
menyatakan bahwa khasiat obat generic tidak
bebeda signifikan terhadap obat patennya tentu
akan memberikan informasi yang lebih bijak dan
ilmiah. Lain halnya ketika apoteker memilihkan
obat paten demi kepentingan bisnis karena obat
peten memberikan keuntungan yang lebih besar
bagi apotek. Dokter sebagai orang pertama yang
menegakkan diagnosa dan menentukan obat,
jarang yang meresepkan obat generik, karena
umumnya dokter bekerja sama dengan pabrik
farmasi melalui medical representative nya untuk
menggunakan obat paten.
Dokter dan apoteker seharusnya lebih bijak dalam
memilihkan obat bagi pasien dengan
memperhatikan tingkat ekonomi dan daya beli
pasien tersebut. Bagi pasien dengan ekonomi
menengah ke atas tidak akan ada masalah jika
mengkonsumsi obat yang mahal, tapi bagaimana
jika tingkat ekonomi pasien menengah ke bawah.
Selain itu, dokter dan apoteker harus memberikan
informasi yang adil dan ilmiah, tidak
menitikberatkan obat paten dan mendeskriminasi
obat generik. Hal ini penting agar informasi yang
berkembang di masyanarakat tidak salah dan
agar tidak timbul paradigma yang salah bahwa
obat generik tidak semnjur obat paten.
Memilih obat adalah hak pasien
Hal terpenting yang perlu diingat oleh para
tenaga kesehatan adalah menghagai hak pasien
untuk memilih obat yang akan dikonsumsi. Peran
tenaga kesehatan adalah menyarankan dan
memberi informasi yang benar dan jelas bagi
pasien. Begitu pula pilihan obat generik/paten
adalah hak pasien. Jika suatu saat Anda berobat
dan berkonsultasi dengan dokter atau apoteker,
mintalah saran beberapa obat yang bisa
menyembuhkan penyakit Anda dan pilihlah obat
yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan daya
beli Anda. Misal Anda diresepkan obat paten,
sebenarnya Anda memiliki hak untuk memilih obat
generiknya jika Anda keberatan terhadap harga
obat yang terlampau mahal. Tetapi jika harga
obat paten yang diresepkan masih bisa Anda
jangkau, maka tidak menjadi masalah untuk
memilih obat tersebut. Pilihan ada di tangan
Anda, tapi tetaplah meminta saran pada tenaga
kesehatan terkait cara penggunaan obat yang
Anda konsumsi. Selain hak memilih, Anda pun
berhak mendapat informasi terkait obat baik cara
penggunaan, efek samping, penyimpanan, dll.
Maka jangan ragu menanyakan obat kepada
Apoteker tempat Anda membeli obat demi hasil
yang optimal bagi kesehatan

So, be wise dalam memilih obat yaa 🙂 semoga bermanfaat artikel yang saya temukan.
Salam sehat, dari odapus cantik 😘

I’m getting tired and over bored!

I’m getting tired and over bored!

CAPEK!!

itu lah yg aku rasain skrg ini.
Aku capek jadi penyakitan.
Aku capek harus minum obat segitu banyaknya setiap hari.
Aku capek dilarang ini itu.
Aku capek di antar jemput kemana-mana.
Aku capek bolak balik rumah sakit.
Aku capek karena jarum suntik dan berbagai alat medis yang harus setiap saat nempel di badanku.

Pertanyaan WHY ME? itu selalu muncul di pikiranku. Pikiran egoisku. Kenapa harus aku yang mengalami? Kenapa harus aku yang ditakdirkan menjalani ini semua? Apa karena Tuhan percaya aku lebih kuat dari orang lain? No, God! I’m not strong enough. I’m just a human like the others. I’m weak. Tapi kenapa Tuhan begitu percaya padaku bahwa aku mampu?

Dan saat ini, dadaku benar2 sesak. Susah untuk bernafas. Susah untuk mengambil oksigen di udara untuk kebutuhan darah yang harus dialirkan olehnya. Dadaku serasa kejatuhan lemari dengan berat satu ton. Dan itu rasanya engap sekali.

Systemic Lupus Erythematosus. Yaaa, sejak 2011 penyakit ini sudah menemani hidupku. Kau tau lupus, aku jenuh, aku bosan! Bisakah kau enyah? Bisakah kau lenyap? Selamanya dan jangan kembali, BISA??? Aku butuh ruang bernafas tanpamu!

Medical check up 💉🏥

Medical check up 💉🏥

Today. February, 2015 20th.
Saya harus melakukan medical check up di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dimana harus melakukan cek darah & urine, echocardiografi, dan USG abdomeen.

Yaa. Actually, ini sangat melelahkan. Bukan hanya fisik yg lelah, karena harus bolak balik rumah-rumah sakit, namun secara psikis saya begitu lelah. But, saya tidak boleh menyerah. Sehat adalah keinginan terbesar orang-orang yg sayang saya, orang-orang yang selama ini memperjuangkan kesehatan saya.

Bertanya kah kalian sakit apa yang saya alami?
Hhmm, sakit yang sangat asing di dengar oleh orang awam. Yaa, saya adalah seorang odapus. Saya penyandang Systemic Lupus Erythematosus. Sudah hampir 4 tahun saya hidup berdampingan dengan penyakit ini. Mencoba bertahan hidup, dengan segala rasa sakit yang timbul dari semua organ. Hidup dengan segala macam cacian orang lain yang menganggap saya bohong bahwa saya sakit.

Yaaa, mungkin anda semua akan bertanya, penyakit apa itu? So scare? Menular? Mematikan?

Yaaa, Systemic Lupus Erythematosus adalah penyakit autoimun, dimana sistem imun tidak bekerja secara seharusnya. Sistem imun di dalam tubuh berfungsi sebagai “benteng” yang seharusnya menyerang bakteri, virus, kuman, ataupun benda asing yang akan masuk ke dalam tubuh, namun pada odapus (odapus: orang dengan lupus) malah bekerja sebaliknya. Disini sistem imun odapus sangatlah kuah, kebalikan dari penyandang HIV yang sistem imun nya terlalu lemah dan terus melemah. Sistem imun pada odapus, karena terlalu kuat maka sistem imun disini malah menyerang organ dalam yang sehat. Organ apapun bisa diserang, bisa ginjal, jantung, paru-paru, limpa, hati, dan sebagainya.

Dan saat ini, lupus sedang menyerang jantung saya. Kata dokter yang menangani saya, terdapat efusi perikard dan hipertensi pulmonal dg PH berat, dengernya sih gitu 😁
Kenapa dengan jantungnya? Yaa, disini jantungnya diselimuti cairan, sehingga jantung bekerja dengan berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya saya sering sesak nafas. Karena adanya cairan di salah satu organ, di badan saya sering terjadi pembengkakan, dan paling sering bengkak di kaki.

Akhir-akhir ini lupus saya sering kambuh. Dokter bilang, cairan saya saat ini juga ada di perut saya. Jadi perut saya saat ini membesar.

Yaaa, lupus saya saat ini sedang flare up. Sedang kambuh lah bahasa awamnya. Bolak balik rumah sakit. Keluar masuk buat opname, injeksi ini itu. 6-8 macam obat harus saya minum setiap harinya.

Yaaa, ini hidup saya. Saya tetap mensyukurinya. Allah masih beri saya kesempatan untuk bernafas. Allah masih beri saya kesempatan untuk menjadi orang yang berguna meskipun saya sakit. Dan masih banyak lagi kesempatan yang diberikan Allah kepada saya.

Yaaa, ada hikmah dari semua ini. Indah akan tiba pada waktunya. Untuk semua sahabat odapus, “Don’t let lupus get you down, guys!” 😘💋❤

It’s too late 😁

It’s too late 😁

Saya, Eka Putri Istiari, wanita berumur 24 tahun.
Mungkin terlalu terlambat dan “kemana saja?” jika saya mengatakan bahwa ini adalah blog pertama saya.
Dan akhirnya saya bisa membuat sendiri.
(((Terlalu gaptek bisa dibilang)))

Entah apa tujuan saya membuat blog. Tapi yang pasti, pada dasarnya saya suka menulis. Namun untuk jadi penulis, saya belum berani.
Mungkin diawal bisa dikatakan blog ini akan menjadi tempat saya berkeluh kesah. Karena saya, tipe orang yang tidak suka mengungkapkan rasa secara lisan, lebih kepada tulisan tangan.

Well. Saya masih berusaha utak atik apa isi dari blog ini. Semoga blog saya menarik. Semoga dengan blog ini, saya bisa menambah teman secara umum, atau bahkan sesama odapus, dan kita bisa saling sharing. Hope fully. Let’s write guys.